Quantcast
Channel: Toekang Las Ngobrolin Pengelasan
Viewing all 21 articles
Browse latest View live

Dream Come True

$
0
0
Alhamdulillah,

Akhirnya setelah sekian lama bermimpi membuat blog mengenai pengelasan atau welding ini akhirnya kesampaian juga. Sudah lama sebenarnya saya berniat membuat blog semacam ini, namun karena kesibukan saya - ceiyee... - sebagai temannya toekang las, niat saya itu jadi tertunda-tunda. Jadi kalau sekarang blog ini ada, ini berarti adalah the Dream Come True bagi saya.

Blog ini saya dedikasikan - weleh-weleh...boso opo kuwi? - buat Anda teman-teman saya para insan pengelasan di Indonesia, baik welder, welding supervisor, welding inspector, welding engineerataupun sekedar pemerhati masalah pengelasan dan siapa saja yang tertarik dengan pengelasan.
Di blog ini saya ingin sharing kepada Anda seputar masalah pengelasan, dan saya sangat berharap Anda dapat memberikan komentar, tanggapan ataupun tips dan trik yang anda ketahui yang berkaitan dengan apa yang saya tulis.

Saya adalah salah satu pengamat pengelasan yang masih awam akan tetapi bergaul cukup akrab dengan beberapa teman saya yang berprofesi sebagai toekang las.

Jadi karena saya adalah pengamat las yang masih awam  - pengamat cap apa ya ....pengamat nekad kali :)  - maka apabila ada posting saya yang salah ya mohon dimaafkan. 

Sekian aja dulu perkenalan dari saya, dan tunggu posting-posting berikutnya.

Nggawe santen teko klopo, cekap semanten atur kawulo

Salam

Nyruput kopi lagi aahhh........



http://toekanglas.blogspot.com

3 Tips Untuk Mengantisipasi Deformasi

$
0
0
Deformasi oh deformasi.

Mendengar kata-kata tersebut, saya geleng-geleng kepala sambil mengernyitkan dahi ( kayak orang lagi dengar mp3 pake headset ). Lha piye... setiap pengelasan itu pasti resikonya adalah deformasi. Deformasi yang maksudnya adalah perubahan bentuk akibat pengelasan ini menjadi salah satu hal yang menjadi momok bagi para insan pengelasan. Karena adanya inputpanas, sehingga logam menjadi cair mengakibatkan penyusutan dan
hasilnya terjadi deformasi yang tidak diinginkan karena menyebabkan dimensi menjadi tidak terpenuhi.

Wah lha terus gimana dong.....

Jangan kuatir, nich saya bagikan tips untuk mengantisipasinya.

  1. Gunakan jig alias alat bantu untuk memegang material yang dilas agar tidak bergerak ke mana-mana ketika dilas.
  2. Setel ampere dan voltage serta kecepatan pengelasan agar input panas tidak terlalu besar, tapi cukup untuk mencairkan material. Ketiga parameter ini saling berkaitan mengikuti rumus HI = A x V / kec. di mana HI adalah Heat Input ( besarnya panas yang diberikan ), A adalah arus ( satuannya ampere ), V adalah voltage ( satuannya volt ) dan kec adalah kecepatan pengelasan. Semakin kecil A dan V maka HI akan menjadi kecil, semakin besar kecepatan pengelasan maka HI akan menjadi kecil. Aturlah ketiganya agar tidak terlalu besar Heat Input yang diberikan.
  3. Buatlah sequence alias urutan pengelasan yang tidak mengumpul di satu tempat, karena untuk memperkecil panas terpusat pada satu tempat yang bisa mengakibatkan deformasi.
Kira-kira begitu tips dari saya untuk mengantisipasi terjadinya deformasi. Apabila deformasi sudah terjadi, maka untuk mengatasinya mau tidak mau ya pakai flame heating atau reforming, yaitu menggunakan blander pemanas untuk memanaskan pada bagian tertentu sehingga material kembali seperti semula posisinya.

CMIIW... Barang kali Anda punya tips yang lain? Silakan menambahi dan berkomentar....

Ciaoo...


http://toekanglas.blogspot.com

Ngelas Aluminium Susah?

$
0
0
Halo sobat toekang las....

Mungkin sobat sekalian jarang mendengar atau melihat proses pengelasan aluminium. Kalaupun ada pasti gak banyak, masih banyak dengan proses rivetting atau pengelingan seperti pada pembuatan pesawat terbang. Hal ini bukan berarti karena aluminium tidak bisa dilas, tetapi aluminium mempunyai sifat yang kurang baik bila dibandingkan dengan baja. Sifat-sifat yang kurang baik
atau merugikan tersebut adalah:
  1. Karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi maka sukar sekali untuk memanaskan dan mencairkan sebagian kecil saja.
  2. Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksida aluminium Al2O3 yang mempunyai titik cair yang tinggi.
  3. Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi sehingga paduan-paduan yang mempunyai sifat getas yang panas akan cenderung membentuk retak panas.
  4. Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam logam cair dan logam padat, maka dalam proses pembekuan yang terlalu cepat akan terbentuk rongga halus bekas kantong-kantong hidrogen.
  5. Paduan aluminium mempunyai berat jenis rendah, karena itu banyak zat-zat lain yang terbentuk selama pengelasan akan tenggelam.
  6. Karena titik cair dan viskositasnya rendah, maka daerah yang kena pemanasan mudah mencair dan jatuh menetes.
Karena itu proses pengelasan aluminium lebih sulit dari pengelasan besi / baja, tapi bukan berarti tidak bisa. Dengan proses las yang tepat, kawat las yang tepat dan prosedur pengelasan yang tepat, aluminium bisa dilas.

Bagaimana pendapat sobat...? Silakan komentar, dan selamat berakhir pekan....















Sejarah Perkembangan Las

$
0
0
Asal mula las untuk menyambung logam berada jauh di abad perunggu dan sulit dilacak kapan istilah las mulai dipakai. Pada tahun 3000 SM, bangsa Mesopotamia telah menerapkan proses solder lunak.tanduk rusa disolderkan sebagai relief hiasan. Dua ratus, solder perak kemudian dipakai dalam pembuatan vas bunga di Entemene.

Beberapa ahli sependapat bahwa 4000 tahun yang lalu bangsa Mesir telah mengenal cara menyambung logam dengan proses pemanasan dan penekanan. Salah satu
bukti ditemukan di Lembah daerah kerajaan pada tahun 1922 yang mengisyaratkan bahwa peti jenazah Raja Tutankhamen diperkirakan dibuat sekitar tahun 1360 SM dengan melibatkan proses pengelasan. Proses yang dilakukan pada saat itu adalah proses las tempa.

1. LAS BUSUR NYALA LISTRIK

            Selama berabad-abad las tempa dipakai sebagai proses utama untuk menyambung logam tanpa banyak mengalami perkembangan. Pada awal abad 19, ditemukan cara baru yaitu las busur nyala listrik (Elekctric Arc Welding) dengan electrode carbon batangan tanpa pembungkus dengan menggunakan battery sebagai sumber tenaga listrik. Kelemahan utama proses las listrik carbon adalah oksidasi yang relative tinggi pada lasan (lasan mudah karat) sehingga las ini banyak dipakai.

            Pada waktu yang bersamaan, tahun 1877, ditemukan las tahanan (Resistance Welding). Seorang ahli fisika dari Inggris, James Joule, diakui sebagai penemunya. Pada tahun 1856 dia memenaskan dua batang kawat dengan aliran listrik. Selama proses pemanasan, kedua kawat tersebut ditekan satu sama lain. Ternyata kedua kawat tersebut saling terikat setelah selesai dipanaskan.

            Pada perkembangan selanjutnya, resistane welding menghasilkan beberapa jenis proses pengelasan, missal las flash (Flas Welding) pada tahun 1920.las tahanan listrik mencapai kejayaannya setelah diciptakan berbagai jenis robot. Untuk memenuhi kebutuhan dikembangkan berbagai bentuk las tahanan listrik yang meliputi las titik, interval, seam (garis) dan proyeksi. Las ini dalam prosenya menerapkan panas dan tekan. Electrode berfungsi sebagai penyalur arus dan penekanan benda kerja berbentuk plat.

Pada decade berikutnya, diperkenalkan last hermit (Thermit Welding) berdasarkan prose kimiawi sehingga menambah kesanah teknologi pengelasan. Las thermiddiperoleh dengan menuangkan logam cair diantara dua ujung logam yang akan disambungkan sehingga ikut mencair. Setelah membeku kedua logam menyatu dan cairan logam yang dituangkan berfungsi sebagai bahan tambah.

Pada akhir abad 19 ditemukan las oxy acetylene, las ini berhasil menggeser pemakaian las tempa dan mendominasi proses pengelasan untuk beberapa decade sampai dikembangkan las listrik..

Pada tahun 1925 las oxy acetylene digeser oleh adanya perbaikan las busur listrik yang mana las busur tersebut memakai electrode terbungkus. Setelah terbakar, pembungkus electrode menghasilkan gas dan terak. Gas melindungi kawah lasan dari oksidasi pada saat proses pengelasan sedang berlangsung. Terak melindungi lasan selama proses pembekuan hingga dingin (sampai terak dibersihkan). Keterbatasan las busur electrode batangan adalah panjang ektode yang terbatas sehingga setiap periode tertentu pengelasan harus berhenti mengganti electrode. Efesiensi bahan tanbah jauh dari 100% karena mesti ada puntngnya.

Bertitik tolak dari kelemahan tersebut maka pada akhir tahun 1930an diciptakan las busur electrode gulungan. Secara prinsip, pengelasan tidak perlu berhenti sebelum sampai ujung jalur las. Dan pengelasan  dapat dilakukan dengan cara semi otomatis atau otomatis. Sebagai pelindung dipakai flux. Flux dituangkan sesaat dimuka electrode sehingga busur nyala listrik terpendam oleh flux. Keuntungannya, operator tidak silau oleh busur nyala listrik, kelemahannya, las terbatas pada posisi dibawah tangan saja pada posisi lain flux akan jatuh berhamburan sebelum berfungsi.

Pada tahun 1941 di Amerika ditemukan electrode Tungsten. Tungsten tidak mencair oleh panasnya busur nyala listrik sehingga tidak terumpan dalam lasan. Sebagai pelindung dipakai gas inti (Inert) yang untuk beberapa saat dapat bertahan pada kondisinya. Gas inti disemburkan kedaerah lasan sehingga lasan terhindar dari oksidasi. Karena menggunakan las inti sebagai bahan pelindung  las ini sering disebut las TIG ( Tungsten Inert Gas).

Keberhasilan pemakaian gas inti pad alas tungsten dicoba pula pad alas elektroda  gulungan pada awal tahun 1950an. Proses ini selanjutnya disebut Gas Metal Arc Welding (GMAW) atau las MIG (Metal Inert Gas). Kaena gas argo sangat mahal maka dipakai gas campuran argon dan oksigen atau gas CO yang cukup aktif. Las ini biasa disebut dengan Metal Aktif Gas (MAG). Dapat pula dipakai pelindung campuran argon dengan CO selama tidak lebih dari 20% hasilnya cukup baik karena tidak meninggalkan terak. Perlu diketahui bahwa gas gas pelindung lebih mahal, maka cara tersebut hanya dipakai untuk keperluan khusus.

Berikutnya ditemukan las busur electrode gulungan dengan pelindung lasan berupa serbuk. Supaya dapat dipakai pada segala posisi, elektroda dibuat berlubang seperti pipa untuk menempatkan flux. Proses ini relative lebih murah dari pada las busur gas, dapat untuk segala posisi dan teknis pengelasan  dapat dikembangkan secara semi otomatis atau otomatis penuh las ini disebut las busur elektroda berinti flux (Flux Core Arc Welding)

Selanjutnya ada elektroda sebagai komponen yang akan dipasang pada bagian lain. Las ini disebut las stud. Stud terpasang pada benda utama melalui tiga tahap yaitu seting posisi, pencarian ujung stud dan benda utama dan penekanan stud pada benda utama sesaat setelah busur nyala dimatikan.

Setelah itu dikembangkan las listrik frekuensi inggi yaitu 10000 sampai 500000 Hz. Las listrik frekuensi tinggi sering disebut las induksi. Ditinjau dari proses penyatuan benda kerja, las ini termasuk las padat yang dibantu dengan panas untuk memecah lapisan oksidasi atau kotoran pada permukaan benda kerja. Panas yang dihasilakan sangat tipis dipermukaan benda kerja sehingga las ini sangat cocok untuk plat tipis.

Pada tahun 1950an , diubahnya energi listrik menjadi seberkas electron yang ditembakkan benda kerja. Panas yang dihasilkan lebih besar dan dimensi bekas electron jauh lebih kecil dari busur nyala listrik, pengelasannya sangat cepat maka sangat cocok untuk produksi masal. Daerah panas menjadi lebih sempit sehingga sangat cocok untuk bahan yang sensitive terhadap perubahan panas. Kualitas lasan sangat baik dan akurasi , hanya saja peralatannya sangat mahal. Cara ini biasa disebut las electron ( Electron Beam Welding).
Vulcan si dewa api, menurut mitologi Yunani Kuno


2. LAS GESEK

Pada tahun 1950, AL Chudikov, seorang ahli mesin dari Uni Sovyet, mengemukakan hasil pengamatannya tentang teori tenaga mekanik dapat diubah menjadi energi panas. Gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin yang bergerak menimbulkan  banyak kerugian karena sebagian tenaga mekanik yang dihasilkan berubah menjadi panas. Chudikov berpendapat, proses demikian mestinya bias dipakai pada proses pengelasan. Setelah melalui percobaan dan penelitian dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan panas yang terjadi akibat gesekan. Untuk memperbesar panas yang terjadi, benda kerja tidak hanya diputar  tetapi ditekan  satu terhadap yang lain. Tekanan juga berfungsi mempercepat fusi. Cara ini disebut las gesek (Friktion Welding)

3. LAS PLASMA.

            Las plasma busur nyala listrik (Plasma Arc Welding). Proses plasma sebenarnya merupakan penyempurnaan las tungsren, hanya saja busur nyala listrik tidak muncul diantara elektroda dengan benda kerja tetapi muncul antara ujung elektroda dengan gas inti yang mengalir di sekitarnya. Las plasma ternyata lebih baik dari las tungsten karena busur nyala listrik yang muncul lebih stabil dengan diameter lebih kecil sehingga panasnya lebih terpusat. Proses pengelasan bias lebih cepat, disamping itu tungsten tidak pernah menyentuh benda kerja.

4. LAS SUARA FREKUENSI TINGGI.

            Awal tahun 1960 ditandai dengan penemuan las yang menggunakan suara frekuensi tinggi (Ultrasonic Welding). Las ini juga menggunakan listrik dalam proses kerjanya, tidak ada aliran listrik pada benda kerja, panas yang ditimbulkan semata-mata hasil proses dan sifatnya hanya membantu dalam proses penyatuan benda kerja.

            Suara yang digunakan berkisar antara 10000 sampai 175000 Hz, getaran suara disalurkan melalui sosotrode yang dipasang pada benda kerja. Kemudian tekanan yang diterapkan pada benda kerja selama proses. Kelebihan proses ini adalah sesuai untuk benda tipis dan tidak terpengaruh jenis bahan yang disambungkan. Tidak dipakainya energi panas sebagai energi utama merupakan kelebihan sendiri pada bahan tertentu dan tipis, hanya saja kurang berhasil untuk ketebalan benda kerja diatas 2,5mm x 2.

            Berbagai bentuk las ultrasonic:

  1. Wedge reed spot.
  2. Leteral drive spot.
  3. Overthung copuler spot.
  4. Line.
  5. Ring.
  6. Continuous seam.

5. LAS EKSPLOSIVE.

            Las eksplosive (Exsplosive Welding atau EXW)dikembangkan dari pengamatan seseorang dimasa PDI, ada pecahan-pecahan bom yang melekat kuat pada logam lain yang tertumbuk. Carl dalam penelitiannya menyimpulakn bahwa pecahan bom tersebut menempel karena efek jet  pada saat terjadi tumbukan. Efek jet mampu membersihkan kotoran yang melekat pada permukaan kedua benda sehingga terjadi kontak antar atom kedua benda dan menghasilkan ikata yang cukup kuat.

6. LAS LASER.

            Pada tahun 1955 para ahli fisika berhasil menemukan sinar laser, secara sederhana dapat dikatakan sinar yang diproduksi pada panjang gelombang tertentu dan parallel, kemudian diperbesar, sinar tersebut selanjutnya difokuskan. Panas yang dihasilkan pada titik focus sangat tinggi.

            Menjelang tahun 1970, laser mulai diterapkan pad alas, laser sebagai sinar dapat diatur secara akurat sehingga las laser sangatsesuai untuk peralatan-peralatan khusus. Las laser dapat dipakai untuk mengelas benda-benda dengan ketebalan 0,13mm sampai 29mm pada kecepatan geser berkisar dari 21 mm/dt sampai 1,2 mm/dt. Persoalan yang timbul pada las laser sama halnya dengan las electron, kerenggangan benda kerja sangat kecil antara 0,03 sampai 0,15.

KESIMPULAN.

            Bila akhir abad dikatakan sebagai tahun kebangkitan teknologi pengelasan maka setengah abad kemudian adalah masa pertumbuhan. Pada decade tersebut berbagai macam proses pengelasan berhasil diciptakan.

            Ditinjau dari segi konsep yang dipakai, proses pengelasan dapat dibedakan menjadi las padat (solid state welding), las cair (fusion welding) dan las diffuse (diffusion welding). Pada saat ini las cair banyak digunakan oleh masyrakat umum.
Sumber : http://deno-pufa.blogspot.com/2009/05/sejarah-perkembangan-las.html




Mengelas Dengan Hati

$
0
0
Halo Sobat pengelasan. Setelah beberapa hari disibukkan dengan pekerjaan, akhirnya saya dapat menjumpai Anda lagi di akhir pekan ini.

Terus terang sebenarnya saya agak bingung mau menulis tentang apa kali ini, tulisan apa yang kira-kira bermanfaat bagi Anda dan bagi saya. Ada beberapa tema yang kira-kira bisa saya angkat, tetapi saya akhirnya teringat dengan salah seorang teman saya yang berprofesi sebagai tukang las.

Ya, kira-kira tiga hari yang lalu saya sempat ngobrol dengan teman saya ini, sebut saja namanya Har. Beliau ini usianya sudah hampir menginjak kepala 5, rambut sudah banyak yang putih, akan tetapi semangatnya masih sama dengan yang usianya kepala 2 atau 3. Pengalaman di bidang las sudah banyak sekali, dan sering mengelas untuk pembuatan WPS ( Welding Procedure Specification ). 

Pada waktu itu teman saya ini bilang, bahwa sekarang ini banyak tukang las yang bekerja hanya kejar setoran saja. Artinya mengerjakan
pengelasan sekedarnya saja, asal-asalan, asalkan terlihat rapi, tidak ada cacat yang terlihat secara mencolok. Mengenai cacat dalam yah itu urusan nanti. Mereka tidak memperhatikan syarat-syarat yang harus ada dan dilakukan pada saat mengelas. Bila ada gap yang terlalu sempit, jarang ada yang mau melebarkan, juga sebaliknya. Pembersihan area las setelah root pass juga sekedarnya saja. Prosedur las juga kadang-kadang tidak dilakukan dengan cara yang sesuai. Apalagi kalau bicara mengenai pemakaian APD ( alat pelindung diri ), juga sekedarnya saja asalkan sudah pakai topeng las, beres. Pendek kata, rasa peduli terhadap hasil las kurang dan keselamatan diri sendiri juga diabaikan.
Semuanya itu sebabnya hanya satu kok mas ( dia panggil saya mas, meskipun usia saya lebih muda ). Yaitu karena kebutuhan perut, mereka mengerjakan pengelasan dengan cepat dan tergesa-gesa, agar bisa segera selesai dan dapat hasil banyak, ujung-ujungnya bayarannya banyak.

"Lho Lik Har apakah itu salah kalau mereka ingin agar pekerjaannya cepat selesai dan dapat bayaran banyak?" tanya saya.

"Ya kalau itu nggak salah mas, salahnya adalah mengerjakan cepat-cepat dan berharap dapat bayaran banyak, tapi dengan mengabaikan prosedur pengelasan. Kan hal ini bisa bahaya to Mas?"jawabnya.

Sambil klepas-klepus menghisap rokok Jisamsu, dia melanjutkan" Lha kalau terjadi cacat dalam yang kita tidak bisa lihat dengan mata telanjang, terus mengakibatkan assemblingan jadi patah bagaimana? Kalau misalnya assemblingannya patah dan mengenai orang sampai terluka bagaimana? Atau kalau las-lasannya untuk konstruksi kendaraan, lalu dikendarai orang, terus patah dan mengakibatkan kecelakaan bagaimana? Kan dosa kita..."

Lha terus piye Pak Lik?

Yaa kejar setoran itu  boleh-boleh saja, tapi kita dalam mengelas ini harus dengan hati. Kalau ngelasnya dengan hati, maka kalaupun harus kejar setoran, pengerjaan pengelasan juga dilakukan sesuai prosedur, agar hasil las bagus, tidak deformasi, tidak ada cacat luar maupun cacat dalam, dan pengelasan dilakukan dengan sebaik-baiknya karena kita sadar bahwa konstruksi yang dilas oleh kita ini nantinya akan digunakan oleh orang lain. Jangan sampai terjadi orang lain menjadi korban akibat kelalaian kita  karena patah las-lasannya.

Ya itulah sobat pengelasan cuplikan obrolan saya dengan teman saya itu. Setelah saya renungkan memang benar apa yang teman saya katakan itu, dan saya mendapat suatu pelajaran baru yaitu "Mengelas Dengan Hati".

Bagaimana pendapat teman-teman...?

Salam.



Logo Google Hari Ini Beda

$
0
0
Sobat-sobat semuanya, hari ini logo Google berbeda dari biasanya. Gambar yang ada mencerminkan para pekerja yang sedang bekerja ( tukang lasnya kok gak kelihatan ya ). Tahukah Anda kenapa logo Google seperti itu? Ya betul... karena memperingati Hari Buruh Internasional atau disebut juga May Day.

Lalu, tahukah Anda sejarah hari yang berkaitan dengan perjuangan kaum pekerja seperti para tukang las ini? Berikut ini saya copas dari Wikipedia
Indonesia.

Sejarah Hari Buruh

May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja.
Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat.

Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat".

Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur.

Pada tanggal 5 September1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya.
Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional.

Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia.
Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada1872[1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.

Peristiwa Haymarket

Artikel utama Kerusuhan Haymarket


Peristiwa Haymarket, Polisi menembaki para demonstran disusul dengan perlawanan dari kaum buruh.

Pada tanggal 1 Mei tahun 1886, sekitar 400.000 buruh di Amerika Serikat mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk menuntut pengurangan jam kerja mereka menjadi 8 jam sehari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei.

Pada tanggal 4 Mei1886. Para Demonstran melakukan pawai besar-besaran, Polisi Amerika kemudian menembaki para demonstran tersebut sehingga ratusan orang tewas dan para pemimpinnya ditangkap kemudian dihukum mati, para buruh yang meninggal dikenal sebagai martir. Sebelum peristiwa 1 Mei itu, di berbagai negara, juga terjadi pemogokan-pemogokan buruh untuk menuntut perlakukan yang lebih adil dari para pemilik modal.

Kongres Sosialis Dunia

Pada bulan Juli1889, Kongres Sosialis Dunia yang diselenggarakan di Paris menetapkan peristiwa di AS tanggal 1 Mei itu sebagai hari buruh sedunia dan mengeluarkan resolusi berisi:

Sebuah aksi internasional besar harus diorganisir pada satu hari tertentu dimana semua negara dan kota-kota pada waktu yang bersamaan, pada satu hari yang disepakati bersama, semua buruh menuntut agar pemerintah secara legal mengurangi jam kerja menjadi 8 jam per hari, dan melaksanakan semua hasil Kongres Buruh Internasional Perancis.

Resolusi ini mendapat sambutan yang hangat dari berbagai negara dan sejak tahun 1890, tanggal 1 Mei, yang diistilahkan dengan May Day, diperingati oleh kaum buruh di berbagai negara, meskipun mendapat tekanan keras dari pemerintah mereka.

Hari buruh di Indonesia

Indonesia pada tahun 1920 juga mulai memperingati hari Buruh tanggal 1 Mei ini.
Tapi sejak masa pemerintahan Orde Baru hari Buruh tidak lagi diperingati di Indonesia, dan sejak itu, 1 Mei bukan lagi merupakan hari libur untuk memperingati peranan buruh dalam masyarakat dan ekonomi. Ini disebabkan karena gerakan buruh dihubungkan dengan gerakan dan paham komunis yang sejak kejadian G30S pada 1965 ditabukan di Indonesia.

Semasa Soeharto berkuasa, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional.

Setelah era Orde Baru berakhir, walaupun bukan hari libur, setiap tanggal 1 Mei kembali marak dirayakan oleh buruh di Indonesia dengan demonstrasi di berbagai kota.

Kekhawatiran bahwa gerakan massa buruh yang dimobilisasi setiap tanggal 1 Mei membuahkan kerusuhan, ternyata tidak pernah terbukti. Sejak peringatan May Day tahun 1999 hingga 2006 tidak pernah ada tindakan destruktif yang dilakukan oleh gerakan massa buruh yang masuk kategori "membahayakan ketertiban umum".


Kapan Saya Pake Kawat Las 308L, 309L atau 316L?

$
0
0
Kawan-kawan para sobat toekang las.
Untuk pengelasan material Stainless Steel, kadang-kadang kita dihadapkan pada pilihan yang bikin bingung dalam menentukan kawat las apa yang akan kita pakai.

Berikut ini catatan mengenai kawat las untuk stainless steel tersebut. 

Kawat las AWS E 308L ( termasuk di dalamnya AWS ER308LSi ) biasanya dipakai pada material stainless steel type austenitic, seperti Stainless Steel 301, 302, 304, 305 dan cast alloys CF-8 and CF-3. Untuk aplikasi temperatur tinggi seperti  pada industri electrical power, elektrode 308H
yang kaya karbon lebih baik dalam sifat creep resistennya dibandingkan dengan 308L.

Kawat las AWS E316L ( termasuk juga AWS ER316LSi ) sebaiknya digunakan untuk material stainless steel 316L dan juga untuk material yang berbasis pada type stainless steel 316. Cast alloy CF-8M dan CF-3M adalah material yang equivalen dengan material stainless steel 316 dan 316L.

Penggunaan kawat las AWS E 309L ( termasuk juga AWS ER309LSi ) untuk mengelas material mild steel atau low alloy steel terhadap stainless steel, untuk mengelas dissimilar stainless steel seperti type 409 dengan type 409 itu sendiri, atau dengan type 304L, seperti juga baik untuk mengelas material stainless steel yang berbasis pada 309. Material casting stainless steel  CG-12 adalah ekuivalen dengan material stainless steel 309.

Demikian sekilas info...hehehe
Ada yang mau nambahin...? Silakan comment


http://toekanglas.blogspot.com

Ngelas Pake Robot

$
0
0
Sobat-sobat toekanglas, setelah beberapa hari melanglang buana ke bumi Swarnadwipa, maka kemarin Sabtu 8 Mei 2010, saya beruntung mendapat kesempatan untuk mengikuti WorkshopRobotic Welding yang diadakan di Politeknik Perkapalan ITS Surabaya. Penyelenggara workshop adalah Asosiasi Pengelasan Indonesia atau disingkat API - Jawa Timur ( http://www.api-iws.org ) yang bekerjasama dengan pihak Poltek Perkapalan ITS. Workshop tersebut membahas tentang aplikasi pengelasan dengan menggunakan mesin las robot, sekaligus dilakukan demo dari robot tersebut oleh salah satu pemasok Robotic Welding di Indonesia.

Dalam seminar tersebut dijelaskan tentang perkembangan teknologi pengelasan yang semakin maju di dunia, dan bahkan
penggunaan robotic welding ini di Indonesia sudah banyak, terutama di sekitar Jakarta oleh perusahaan-perusahaan otomotif nasional seperti Yamaha, Honda, dan Suzuki. Selain itu juga dijelaskan tentang keuntungan-keuntungan yang didapat bila menggunakan robotic welding atau pengelasan dengan menggunakan robot, dan juga cara pengoperasiannya secara sederhana. 

Keuntungan-keuntungan menggunakan robotic welding ini di antaranya adalah :
1. Cost Reduction atau Pengurangan Biaya
2. High Productivity atau Produktivitas Tinggi
3. High Quality atau Kualitas Tinggi
4. Improvement of Working Environtment atau Peningkatan Lingkungan Kerja
5. Flexible Production atau Produksi yang Fleksibel
6. Simplified Production Management atau Penyederhanaan Manajemen Produksi
7. Improvement of Company Image atau Peningkatan Citra Perusahaan

Dengan keuntungan-keuntungan tersebut, maka kita dapat mempertimbangkan penggunaan mesin las robotic ini di perusahaan kita.

Namun pada saat sesi tanya jawab ada 2 ( dua ) hal yang disampaikan oleh peserta yang cukup menarik bagi saya.

Yang pertama adalah pertanyaan dari Sdr. Wiwid dari PT. INKA Madiun yang juga sudah menggunakan mesin las robotic welding ( top markotop abis... pasti sebentar lagi Madiun tidak hanya terkenal sebagai kota pecel atau kota Gadis tapi juga kota robot ...haiyah.... ), yang menanyakan tentang hal-hal yang perlu dijadikan pertimbangan untuk penggunaan robotic welding terkait dengan persiapan material yang dilas.

Waktu itu dijawab bahwa persiapan material sangatlah penting, di mana part-part yang akan dilas haruslah presisi sehingga memudahkan penggunaan robotic welding ini. Sebab jika tidak presisi maka mesin las robotic ini tidak akan dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu persiapan material yang akan dilas ini mutlak harus bagus.

Yang menarik bagi saya adalah sejauh mana kita ( perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama di Jawa Timur ini ) dapat memenuhi persiapan material ini dengan tingkat kepresisian yang tinggi? Terutama apabila pemotongan material ataupun pembuatan bevel masih secara manual sehingga tidak dapat dijaga konsistensi kepresisiannya? Mungkin ada yang bisa, tapi rasa-rasanya kok tidak banyak.
Hal yang kedua adalah adanya pertanyaan dari peserta pada waktu pemutaran film penggunaan robotic welding, yaitu kalau semua perusahaan nanti menggunakan robot, lha kita-kita ini yang jadi welder terus akan bekerja apa? Karena pasti robot akan dapat bekerja lebih cepat, lebih bagus hasilnya, dan tidak pernah lelah, tentu para tukang las akan tersisih, dan terjadilah pengangguran baru.

Waktu ini dijawab bahwa robotic welding ini hanyalah sebuah alat yang bekerja atas perintah manusia sehingga masih membutuhkan manusia untuk mengoperasikannya, dan manusia yang paling tepat untuk mengoperasikannya adalah welder karena sudah mengetahui tentang ilmu pengelasan. Jadi para welder tidak perlu kuatir karena nanti pasti masih diperlukan terutama pengetahuan dan pengalamannya sebagai welder.

Nah sekarang kita hitung-hitungan. Kalau misalnya satu mesin robotic welding ini dapat menggantikan welder sejumlah 3 orang, sedangkan dari 3 orang welder tadi hanya 1 orang yang dapat menjadi operator robotic welding, lalu yang 2 orang lagi akan bekerja apa? Bukankah nanti akan terjadi pengangguran baru?

Tentu hal ini tidak perlu untuk dijadikan polemik, karena dengan menggunakan robot maka citra perusahaan akan meningkat, dan selanjutnya order akan meningkat pula. Kalau order lebih meningkat, maka 2 orang welder tadi pasti masih dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan lainnya yang mungkin masih berhubungan dengan pengelasan, misalnya sebagai part controller, atau bahkan mungkin supervisor. Ning opo yo mesthi ngono?

After all, jalannya workshop kemarin lancar, apalagi pada waktu praktek mencoba mengoperasikan robot tersebut, ada salah seorang peserta yang banyak melontarkan joke-joke segar sehingga menambah gayengnya suasana. Dan dengan adanya workshop tersebut teman-teman peserta mendapatkan pengetahuan baru mengenai penggunaan robotic welding di Indonesia. Denger-denger bahkan ada yang sudah bilang mau beli. Poltek Perkapalan ITS pun juga berencana beli untuk digunakan praktek bagi para mahasiswanya.

Viva pengelasan di Indonesia!



Polling : Siapakah Yang Paling Bertanggungjawab Jika Terjadi Cacat Las?

$
0
0
Halo sobat-sobat toekang las. Ketemu lagi dengan saya. Mudah-mudahan gak bosan ya.

Kali ini saya ingin mengangkat satu statemen yang cukup menarik. Statemen ini saya ambil dari blognya kang baud ( http://baudngeblog.blogspot.com/2008/08/cacat-cacat-las.html ). Dalam tulisannya kang baud bilang
seperti saya copas berikut ini

"Semua cacat las umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari welder / juru las terhadap teknik-teknik pengelasan termasuk pemilihan parameter las. Oleh karena itu dari mulai pengelasan sampai akhir pengelasan harus selalu diadakan pemeriksaan dengan cara-cara yang telah ditentukan, misalnya secara visual, dye penetrant / dye check, radiography, ultrasonic atau dengan cara-cara lain."

Pernyataan ini menggelitik saya. Betulkah demikian?
Semua cacat las ( weld defect ) umumnya disebabkan kurangnya pengetahuan dari welder / juru las?
Atau adakah orang lain yang juga menjadi penyebabnya? Siapa? Mengapa?









Nah tolong sobat-sobat bisa kasih tahu saya, dari pengalaman sobat sekalian sebenarnya kalau terjadi cacat las apakah itu deformasi, undercut, crack, porosity dll, siapakah sebenarnya yang paling bertanggungjawab?

Silakan mengisi polling.
Kalau belum puas juga silakan komentar...
Maturnuwun buangeeeeett....



PUTRA TUKANG LAS JADI DUTA BANGSA

$
0
0



Ditulis Oleh Bagian Penerangan AAL   
Rabu, 04 Maret 2009

ImageBanyak orang yang beranggapan bahwa para  Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) adalah anak-anak pejabat, perwira tinggi, dan pengusaha sukses yang akan berprestasi atau setidaknya mendapat perhatian yang lebih dari lembaga pendidikan ini. Tapi ternyata semua itu salah, jabatan, kedudukan, dan kekayaan orang tua tidak menjamin anaknya akan sukses atau berhasil. Ini dibuktikan oleh Sersan Mayor Satu Kadet (Sermatukad) Marinir Puji Wahdini, yang sekarang ini mewakili AAL, TNI AL dan menjadi duta bagi Indonesia di Jepang. Dia adalah anak dari Jufri Sidik (alm) yang dulunya hanyalah seorang buruhtukang las keliling, dan ibunya bernama Yatina 
sehari-harinya sebagai ibu rumah tangga.
Sermatukad (Mar) Puji Wahdini adalah anak ke empat dari lima bersaudara  adalah jebolan SMA 1 Prabumuli Palembang ini memang mempunyai kelebihan di banding dengan teman seangkatannya. Disamping jago bahasa Inggris juga menjabat sebagai Komandan Resimen (Danmen) Kadet, jabatan impian bagi seluruh kadet di AAL.
 “Saya tidak pernah bermimpi ke luar negeri apalagi bisa menjadi duta bagi bangsa ini. Saya sangat senang dan ini adalah suatu kesempatan,  tantangan dan kepercayaan yang harus saya jaga dengan sebaik-baiknya. Ini adalah hasil kerja keras dan berkat doa ibu dan seluruh keluarga yang ada di kampung,”ujarnya saat dilepas Gubernur AAL.
 AAL mengirim satu orang kadet ke Jepang untuk mengikuti seminar International Cadets Confrence di Akademi Angkatan Laut Jepang yang berlangsung tgl 04 hingga12 Maret. Materi yang akan disampaikan antara lain masalah keamanan di Asia Timur, kehadiran senjata dalam mengontrol problem masa depan, dan pengaruh perkembangan ilmu dan tekhnologi pada militer, ujar Gubernur AAL Laksda TNI Moch. Jurianto, S.E.
 “Proses seleksi pengiriman ini sangat ketat dan selektif,  lembaga pendidikan AAL tidak pernah membeda-bedakan ini anaknya siapa dan asalnya dari mana, kita perlakukan semua sama. Kita punya komitmen,  bahwa hanyalah yang terbaik yang berhak mendapatkan prestasi dan penghargaan,” terang Laksda TNI Moch. Jurianto, S.E.  

sumber : http://www.aal.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=92&Itemid=2




Efisiensi Energi, Ya Pakai Mesin Las Inverter

$
0
0
Rekan-rekan toekanglas, selamat berjumpa kembali. Mudah-mudahan Anda masih tidak bosan dengan saya, karena saya juga belum bosan menjumpai Anda. 

Kali ini saya ingin  berbagi pengetahuan mengenai mesin lasinverter bila dibandingkan dengan mesin las transformer. Tulisan ini saya sadur dan terjemahkan dari salah satu web penjual mesin las, tapi jangan Anda kira bahwa saya adalah agennya lho ya...
Saya hanya ingin berbagi pengetahuannya saja. Masalah Anda mau beli merek mesin las tersebut atau tidak, itu pilihan Anda sendiri dan saya tidak bertanggungjawab. Tapi kalau Anda merasa puas dan memberi komisi ke saya, ya dengan berat hati......... saya nggak nolak he he he...just kidding...

Keuntungan memakai mesin las jenis inverter bila dibandingkan dengan mesin las transformer-rectifier cukup banyak. Mesin las inverter lebih portable dan beratnya cukup ringan, membuatnya mudah untuk bermanuver  di tempat kerja yang tidak luas. Mesin las inverter menawarkan hasil las yang berkualitas tinggi, dapat digunakan untuk beberapa proses las misal MIG, FCAW, bahkan ada yang bisa juga untuk SMAW, TIG, dan juga  gouging.

Tapi tahukah Anda bahwa menggunakan mesin inverter ini dapat menghemat uang Anda untuk penggunaan energi bila dibandingkan dengan mesin las transformer? Setiap tahun energi listrik sekitar $15 juta dikonsumsi di AmerikaSerikat, dan $99 juta di seluruh dunia hanya untuk pengelasan saja. Untuk meningkatkan efisiensi dan memotong biaya yang digunakan untuk lisrik, mesin las inverter adalah tawaran yang menarik. Faktanya karena efisiensinya, mesin las inverter ini dapat menghemat pengeluaran untuk utility cost.

Tapi bagaimana mengubah ke mesin las jenis inverter ini dapat menghemat konsumsi energi listrik? Di dalam mesin las inverter, komponen-komponennya seperti inti trafo,electronicswitching dll didesain dengan sangat hati-hati untuk meminimalkan operatingloses. Berikut ini sebab-sebab lain yang menjadi alasan bahwa mesin inverter dapat menghemat biaya energi :
  • Menggunakan inti ferit dalam trafonya sehingga menghasilkan efisiensi yang tinggi. Hal ini dapat mengurangi kehilangan arus listrik yang mengalir.
  • Coil transformer pada mesin inverter lebih kecil dibanding transformer jenis lain.

  • Komponen power electronic pada mesin inverter telah didesain untuk mengurangi loses dan memperpanjang operating life.



  • Banyak mesin inverter menggunakan copperconductor ( konduktortembaga ). Konduktor tembaga ini mempunyai konduktivitas termal dan konduktivitas listrik yang sangat baik dibandingkan aluminium sehingga meminimalkan loses dan meningkatkan efisiensi.

  • Pengoperasian pada frekwensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mesin las konvensional, inverter lebih sedikit output inductance untuk beroperasi secara smooth. 
  • Desain yang compact dan ukuran yang relatif kecil berarti membutuhkan leads dan cable yang lebih pendek ( atau bahkan direct connection ) antara komponen-komponen power. Jalur arus yang lebih pendek berarti resistensi rendah dan efisiensi tinggi.
  • Karena inverter didesain untuk losses yang rendah, maka kipas pendingin juga kecil. Ini berarti power untuk cooling air juga lebih kecil dibandingkan mesin las jenis transformer.

  • Ukuran komponen-komponen di dalam mesin las inverter didesain kecil, sehingga panas yang terjadi didalam mesin juga lebih kecil.
 Naahh....teman-teman, bagaimana menurut Anda...???

Disadur dan diterjemahkan dari : www.lincolnelectric.com.au

http://toekanglas.blogspot.com

Itung-itungan Inverter vs. Transformer

$
0
0
Sebenarnya saya agak males nulis hari ini. Pengen nongkrong di warung depan stasiunMadiun sambil makan nasi pecel sama ngopi. Manstaaab.... ( pake "b" nich ).

Tapi kalau artikel yang ini nggak saya tulis, nanti akan ada yang komplain, masak kelebihan mesin las inverter ( baca di sini ) cuman gitu doang ...? Kok bisa lebih hemat energi itu hitungannya bagaimana? Jangan asal ngomong aja doooong........

Nhaa ini nich kawan itung-itungannya. Tapi harus Bismillah dulu dan konsentrasi lho ya biar bisa cepet mengerti, kalo nggak ngerti juga silakan diprint, lalu kertasnya dibakar dimasukkan ke dalam
segelas air dan diminum. He he he.....

Gimana frend, udah siap..?


Langkah #1 - Hitunglah Output Power

Pertama lihat di mesin Anda untuk menentukan output voltage (Vout) di mana dicantumkan sebagai volts di mesin las Anda.
Misalnya dalam contoh ini adalah 32 v. Lalu kalikan dengan output current (Iout), cari di mesin las Anda dalam amps. Dalam contoh ini ampere nya adalah 300 Amps. Jadi,

Vout x Iout = Output Power (Wout) dalam satuan watts
32v x 300 amps = 9,600 watts ATAU 9.6 KW (1,000 watts = 1 KW)


Langkah #2 - Hitunglah Input Power

Sekarang ambil output power dari hitungan di atas (KWout) dan bagi dengan  effisiensi ( Eff ). Effisiensi diambil dari pemanufaktur mesin las. Dalam contoh ini kita ambil effisiensi 88.2%. Jadi,

KWout÷ Eff = Input power dalam satuan kilowatts (KWin)
9.6 KW ÷ 88.2% (atau 0.882) = 10.88 KW

Langkah #3 - Hitunglah Operating Costs Selama Welding

A) Berikutnya, Anda akan menghitung kilowatt jam yang  digunakan dalam satu hari (KWh1/day) dengan cara mengambil input power yang dihitung dalam langkah #2 (KWin) dikalikan dengan jumlah jam per hari di mana mesin  menyala/mengelas ( dalam hal ini kita asumsikan pengelasan dilakukan selama  empat jam per hari ). Jadi,

KWin x #Jmljam/Hari = Kilowatt jam yang digunakan dalam 1 hari (KWh1/day)
10.88 KW x 4 Jam = 43.52 KWJam/day

B) Sekarang ambil input power yang sudah Anda hitung tadi (KWin) dikalikan dengan jumlah jam per hari di mana mesin menyala/mengelas dan dikalikan lagi dengan harga listrik per KW jam. Catatan : Harga listrik diasumsikan  $0.12578 di mana harga ini adalah harga rata-rata  untuk industri. Jadi,

KWin x #Jmljam/Hari x Harga per KWJam ($/KWh) = Daily Operating Costs Welding
10.88 x 4 x $0.12578 = $5.47

Langkah #4 - Hitunglah Operating Cost Selama Idle

A) Anda sekarang akan menghitung konsumsi listrik pada saat mesin idle per  hari (KWh2). Idle di sini maksudnya adalah mesin on tapi tidak mengelas. Ambil input power (KWIdle) dikalikan dengan jumlah jam idle per hari. (Kita asumsikan bahwa dalam sehari ada delapan jam kerja, jika pengelasan dilakukan selama 4 jam, maka waktu idle adalah 4 jam ). Jadi,

KWIdle x Jam Idle = Idle Consumption Per Day (KWh2)
0.4 KW x 4 Hrs. = 1.6 KW hrs.

B) Sekarang ambil input power idle (KWIdle) di mana nilainya diambil dari  power transformer dalam satuan watts - dalam hal ini adalah 400 watts (atau 0.4 KW) - dikalikan dengan jam idle dan dikalikan lagi dengan harga listrik per KW Jam.

KWidle x Jam Idle x Harga listrik per KW Jam = Daily Operating Costs Idle
0.4 KW x 4 Jam x $0.12578 = $0.20


Langkah #5 - Hitunglah Total Operating Costs Per Hari

Sekarang ambil daily operating costs welding yang dihitung pada langkah #3 dan tambahkan dengan daily operating costs idle dari langkah #4 di atas  dan hasilnya adalah daily operating costs dalam dollar.

Daily Operating Costs + Daily Operating Costs Idle = Daily Operating Costs (Total $/day)
$5.47 + $0.20 = $5.67

Dengan membandingkan nilai ini dengan jenis mesin las transformer-rectifier atau dengan mesin las inverter yang lain, maka Anda dengan mudah akan dapat menentukan mesin las mana yang lebih dapat menghemat biaya energi listrik dalam pengoperasiannya.
Sebuah mesin las inverter dengan harga $3,200 dan efisiensi 87 percent dibandingkan dengan mesin las traditional transformer rectifier di mana harganya adalah $2800 dan efisiensi 67 percent maka akan menghemat biaya  utility sekitar $300 dalam setahun. Jadi perbedaan harga tersebut akan dapat dicover dalam waktu 1 sampai 1,5 tahun.

Nhaa kawans....gimana..udah ngerti kan? Atau tambah pusiing....? Sama dong....he he he....


http://toekanglas.blogspot.com

Berawal Dari Ngelas, Kini Kantongi Ratusan Juta Per Bulan

$
0
0
BOYOLALI (Berita SuaraMedia) - Berawal sebagai tukang las di sebuah bengkel, Adnan sukses menjadi pebisnis perlengkapan pabrik. Berbagai perusahaan besar telah menjadi pelanggannya. Yang menarik, modal Adnan mengawali usaha hanya berupa mesin bubut yang ia sewa dari sebuah sekolah.

Kerja keras dan pantang menyerah menjadi kunci kesuksesan Adnan dalam membangun usaha. Berpuluh tahun bergelut di bidang pengelasan, akhirnya Adnan berhasil mendirikan sebuah perusahaan sendiri yang bergerak di bidang pabrikasi.

Di bawah bendera PT Teknik Makmur Perkasa Asri (PT TEMPA), Adnan
memasok berbagai perlengkapan pabrik dan komponen pendukung untuk mesin dan alat berat, khususnya onderdil yang terbuat dari logam.

November ini, Adnan mengubah bentuk usahanya menjadi perseroan terbatas (PT). Sebelumnya, usahanya baru sebatas usaha dagang (UD) bernama UD ASRI. Selama berbentuk UD,  Adnan berhasil memperoleh order atau tender melalui pihak ketiga.  Dengan mengusung izin usaha sebagai perusahaan, Adnan berharap bisa memasok langsung perlengkapan ke perusahaan besar yang selama ini hanya ia kenal lewat pihak ketiga.

Bersama tujuh pekerja tetapnya, saat ini Adnan memproduksi berbagai perlengkapan dan komponen, mulai dari mesin pabrik, tangki, komponen penggulung plat, sampai rol penyekat minyak kapal tanker. Meski terbilang sederhana, Adnan berhasil membangun tempat produksi sendiri di Kalimalang yang ia sebut sebagai bengkel pabrik. “Tapi tempatnya masih kecil untuk dibilang pabrik,” ujar Adnan merendah. Di bengkelnya, pria asal Boyolali ini mengerjakan berbagai pesanan komponen dari perusahaan pembuat alat berat, seperti PT Truba Enginering, PT Globindo, dan PT Krakatau Steel.
Siapa sangka, Adnan memulai usaha itu dari nol. Bisa dibilang, ia tak mengeluarkan modal yang banyak ketika memulai usaha 19 tahun silam. Untuk bekerja, Adnan menyewa mesin bubut milik sebuah sekolah di Rawamangun dengan tarif Rp 15.000 per hari.

Adnan menceritakan, keahlian mengelas ia peroleh dari tempatnya bekerja sebagai tukang las di Jakarta. Delapan tahun bekerja sebagai tukang las alumunium membuatnya percaya diri merintis usaha pengelasan sendiri. Produk pertamanya adalah komponen penggulung plat. “Orang tahunya kalau saya ahli membuat perlengkapan dari logam,” ujar bapak tiga anak ini.

Bisnis Adnan terus berkembang. Kini pesanan kepada dia terus mengalir seiring semakin populernya nama Adnan. Saat sepi saja, Adnan sanggup meraup omzet paling tidak sebanyak sekitar Rp 50 juta per bulan. Saat ramai, omzetnya melonjak hingga ratusan juta rupiah per bulan.

Sejatinya Adnan tidak pernah membayangkan bakal punya perusahaan dan bengkel kerja seperti sekarang. Kepergiannya dari Boyolali ke Ibukota justru karena paksaan ekonomi keluarga.  Penghasilan orangtuanya dari bertani tidak cukup untuk membiayai sekolahnya. Ia pun tak ingin terus membebani keluarga. “Hal itu memaksa saya segera pergi merantau ke mana saja, yang penting bisa punya penghasilan sendiri,” kenang Adnan.

Alkisah, selepas lulus sekolah teknik mesin (STM) di Boyolali pada 1982, pria yang mengambil jurusan mesin umum ini berangkat menuju tanah perantauan pertamanya ke Lubuk Linggau, Sumatra Selatan. Dia berangkat bersama beberapa rekannya, meski tidak punya kenalan yang dituju di sana. Namun, berbekal keahliannya dari bangku sekolah, dia bisa dipekerjakan sebagai teknisi sepeda motor di sebuah bengkel di Lubuk Linggau.

Sayang, baru jalan tiga bulan, Adnan memutuskan kembali ke tanah kelahirannya. Biaya hidup yang terlalu mahal membuatnya merasa tidak bisa bertahan di rantau.  Setelah kembali ke rumah, lagi-lagi Adnan merasa tidak nyaman membebani keluarga. Beberapa bulan kemudian dia memutuskan hijrah ke rumah sepupunya di Jakarta bermodalkan sisa tabungan sebesar Rp 35.000.
Di situ, kesabarannya diuji. Sebab, beberapa bulan berjalan dia belum juga mendapat pekerjaan. “Selama itu pula saya bantu-bantu pekerjaan rumahtangga, seperti mengepel, angkat air,” kisah pria 49 tahun ini.

Penantiannya tidak sia-sia. Pada bulan ketiga berada di Ibukota, akhirnya dia mendapat pekerjaan sebagai teknisi di salah satu bengkel di daerah Tanjung Priok.  Selama bekerja di bengkel itu, Adnan tidak cepat berpuas diri. Dia berpikir untuk mengembangkan diri dengan belajar keahlian lain. Kebetulan di bengkel tempatnya bekerja ada kesempatan belajar mengelas. Selama tiga hari berturut-turut, ia memanfaatkan kesempatan untuk belajar mengelas mobil.

Dari pekerjaan ini, dia cuma mendapat tambahan uang makan. “Saya pikir, biarlah tidak digaji, yang penting dapat ilmu lebih, karena saya ingin menjangkau lebih lagi ke depannya,” tuturnya.

Merasa cukup mampu berjuang di lingkup lebih besar, Adnan memutuskan keluar dari bengkel. Tak lama kemudian, dia diterima sebagai tukang las aluminium di sebuah perusahaan yang memproduksi peralatan transportasi di Jakarta. “Selama delapan tahun saya menimba ilmu dan pengalaman di sana. Selama itu pula saya bekerja sambilan sebagai tenaga panggilan mengelas di Mayasari Bakti,” kenang pria sederhana ini.

Menurutnya, pendapatan dari mengelas panggilan justru jauh lebih besar dari gaji bulanannya. “Dari las, saya bisa mencicil rumah ketika itu,” kenangnya.
Hal inilah yang kemudian mencetuskan ide dalam benaknya untuk membuka usaha las sendiri. Apalagi dengan modal pengalaman dan kenalannya, dia merasa cukup mampu untuk merintis usaha pengelasan.

Untuk membangun PT Teknik Makmur Perkasa Asri (PT Tempa) hingga beromzet ratusan juta sebulan seperti sekarang, Adnan harus merasakan gonta-ganti pekerjaan beberapa kali.  Awalnya, usaha Adnan yang bergerak di bidang pembuatan peralatan pabrik ini masih berjalan tanpa nama. Ia mendapatkan order dari sebuah Sekolah Teknik Mesin (STM) di Rawamangun, Jakarta. Ia juga menyewa tempat di STM ini.

Dari sekolah inilah, Adnan menyewa beberapa mesin bubut sebagai alat operasinya. Selama dua tahun pertama, order pengerjaan mesin datang dari STM tersebut. Tapi, memasuki tahun ketiga, datang beberapa order dari perusahaan besar dengan nilai puluhan juta rupiah. Misalnya dari PT Krakatau Steel dan dari PT Globindo di Sunter untuk mengerjakan empat unit rol penyekat minyak di kapal tanker. Proyek bernilai Rp 22 juta itu berhasil dia selesaikan dalam tempo tiga minggu saja. “Waktu itu, saya mulai menabung untuk membeli tanah,” ujarnya.

Sayang, ujian datang ketika Adnan sedang di atas angin. Salah satu pengurus STM mengusirnya karena merasa kurang cocok. Ia pun terpaksa hengkang dari STM tersebut dan kembali ke tanah kelahirannya di Boyolali. Ia kemudian memulai usaha pembelahan kayu. Tapi karena merasa kurang cocok, usaha ini hanya berjalan beberapa bulan. Begitu pula dengan usaha-usaha lainnya, seperti usaha pembuatan alat kebersihan, usaha mi ayam, dan lainnya.

Akhirnya, di 1996, ia memutuskan kembali ke usaha semula. “Kebetulan salah satu kepala unit usaha STM menawari saya tempat,” ujarnya. ujarnya.  Tak menunggu lama, order pun mulai mengalir lagi. Setahun kemudian, dia menamakan usahanya Usaha Dagang (UD) Asri dan menyewa tempat usaha baru. Tiga tahun berselang, ia membeli peralatan sendiri.  Lantaran biaya sewa tempat usaha terus naik, Adnan memutuskan membangun bengkel di atas lahan miliknya sendiri seluas 400 meter persegi. “Dulu dindingnya dari bambu,” kenangnya.

Karena pindah ke lokasi baru dan bengkelnya kurang meyakinkan, order mulai seret dan terancam tutup. Bahkan pernah satu hari ia hanya punya uang untuk membeli bensin. “Tapi saya pantang menyerah, rajin promosi dari mulut ke mulut, dan melobi,” katanya.

Hasilnya, perlahan order mulai mengalir lagi. Produksi bengkelnya terus meningkat. Bahkan ia sempat menambah mesin dan membangun gudang tiga tahun silam. “Kuncinya, kualitas produk harus bagus,” ujarnya.  Akhirnya, November ini, usahanya resmi menjadi Perseoran Terbatas (PT). 
(sumber : kompas.com)

Tukang Las Mendidik Napi di Bengkelnya, Muridnya Mulai Maling Hingga Pembunuh

$
0
0
Tak harus ikut perang untuk menjadi pahlawan. Dengan bengkel lasnya, Suprapto sudah menjadi pahlawan bagi segelintir narapidana yang ingin kembali ke masyarakat dengan kepala tegak. 
 
Baru saja menginjakkan kaki di bengkel kemitraan milik Suprapto, Senin (5/10), wartawan Surya, sudah diberondong pertanyaan aneh. “Nggak takut dekat-dekat ke bengkel ini ta? Di sini karyawannya mantan penjahat semua lho,” tanya seorang napi yang sedang bekerja.

Tetapi sesaat kemudian, Bambang salah seorang karyawan bengkel yang juga sedang menjalani tahanan luar menenangkan wartawan Surya untuk tidak takut. Bambang menyebut teman-temannya napi, tetapi tak perlu ditakuti. “Bengkel ini justru membuat kami yakin, kami masih bisa menata masa depan dan diterima baik lagi oleh masyarakat di sekitar kami. Dan kami enjoy menjalaninya tanpa harus banyak mendengar cemoohan dan pandangan sinis orang lain,” ungkap Bambang.

Tak banyak yang tahu, Bengkel Las Kemitraan di Jl Brantas Kota Batu, sudah melatih 11 narapidana Lapas Lowokwaru, sejak 2008 lalu. Bengkel itu memang tidak gembar-gembor dan tidak satu pun keributan datang dari situ.

“Hampir dua tahun, dan tak seorang pun dari mereka berulah. Saya harap ini bisa membuka mata masyarakat untuk menerima dan menberi peluang kerja yang sama untuk napi,” beber Suprapto, saat ditemui di bengkelnya, Senin (5/10).
Persentuhan Suprapto dengan para napi diawali ketika beberapa tahun lalu dua anak buahnya terlibat kasus pembunuhan dan mendekam di Lapas Lowokwaru. “Sejak saat ini, bengkel saya dicap bengkel penghasil preman. Bahkan, polisi Batu terus memantau aktivitas bengkel saya,” kenang bapak satu anak itu.

Tapi, cap buruk itu tak membuat Suprapto surut. Bahkan, karena sering berhubungan dengan kepolisian dan Lapas Lowokwaru, akhirnya Lapas justru menawarkan bengkelnya dijadikan tempat pelatihan narapidana. Seketika itu Suprapto pun mengangguk setuju. Ia berharap bisa membuktikan bahwa napi juga manusia yang punya hati dan belas kasih. “Bahkan sekarang, satu anak buah saya yang terlibat kasus pembunuhan itu, juga bergabung di sini,” ungkap.

Interaksi para napi dengan masyarakat sekitar pun menjadi intens. Bahkan, Agus, salah satu napi, akhirnya menikah dengan gadis setempat. ”Memang hingga saat ini masih ada pelanggan ataupun warga yang miris melihat napi di sekitar mereka. Tetapi jika terus dikucilkan, justru kita-lah yang sebenarnya yang menciptakan residivis baru,” ujar lelaki kelahiran 1961 itu.

Para napi pun tidak cuma diajari menyatukan besi hingga menjadi terali atau pagar, namun Suprapto juga menyisipkan nilai-nilai moral, misalnya tidak mudah tersulut emosi dan kembali berbuat jahat.
Persoalannya sekarang adalah keterbatasan modal dan ia minta bantuan kepolisian Malang Raya dan Lapas Lowokwaru untuk membantu mencarikan modal agar para napi bisa membuka bengkel sendiri. “Saya siap melepas 5 anak asuh, agar napi lain bisa masuk sini. Sayang bantuan modal belum ada,” tandasnya.

sumber
http://www.surya.co.id/2009/10/06/suprapto-tukang-las-mendidik-napi-di-bengkelnya-muridnya-mulai-maling-hingga-pembunuh.html

10 Kesalahan Utama Dalam Pengelasan

$
0
0
Temans toekanglas...

Ketika saya browsing ke sana-ke sini di rimba raya internet, saya mendapatkan satu artikel menarik dari www.articlesfactory.com mengenai 10 kesalahan utama dalam pengelasan.

Artikel ini aslinya sih dalam bahasa Inggris, tapi untuk temans sekalian saya coba sadur dan terjemahkan sak iso-isone. Tapi kalau masih belum puas dengan terjemahan saya ( maklum belum pernah ke Inggris sih...  )  bisa langsung ke websitenya saja ya...

Ini dia 10 Kesalahan Utama Dalam Pengelasan yang disimpulkan dari hasil riset dan pengalaman :
  1. Tidak membersihkan  part dan area permukaan yang akan dilas dengan baik. Seperti yang disampakan oleh welder-welder yang sudah berpengalaman, inilah kesalahan yang paling utama yang dilakukan oleh tukang las yang baru belajar. Cat, kotoran, oli, dan lain-lain dapat menjadi masalah dan menghasilkan pengelasan yang tidak bagus.   
  2. Menggunakan gas yang salah.
  3. Menggunakan polaritas yang salah.
  4. Menggunakan contact tip dengan ukuran yang salah.
  5. Kecepatan pengelasan yang tidak sesuai, terlalu cepat atau terlalu lambat.
  6. Pengelasan tidak terlindungi, misal tidak menghalangi angin ketika mengelas.
  7. Pengelasan terlalu mentah pada material yang masif.
  8. Menggunakan mesin las dengan kapasitas ampere yang terlalu kecil ketika mengelas material yang tebal.
  9. Tidak memeriksa dan membersihkan komponen wire feeder, seperti liner, contact tips dan part yang lainnya.
  10. Menggunakan kawat las yang salah, misal tidak menggunakan kawat las yang mempunyai tensile strength yang sesuai.
Mudah-mudahan membantu buat temans yang baru belajar ngelas ...





Welding Competition 2010

$
0
0
Buat sobat-sobat toekang las, ini ada info menarik.

Kementerian Perindustrian akan mengadakan lomba mengelas tingkat nasional untuk tahun 2010 ini. Finalnya akan dilakukan di Surabaya tanggal 27 - 28 Oktober 2010 nanti ( bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ) dan akan dihadiri oleh Menteri Perindustrian RI.


Materi tesnya meliputi :
Teori : mengacu ke SKKNI, SMAW / GMAW / FCAW
Praktek : ada 2 kategori yaitu untuk industri dan untuk pelajar / mahasiswa
Untuk kategori Industri, prakteknya meliputi Pipa 6G, Root SMAW, Fill FCAW atau GMAW
Untuk kategori pelajar / Mhs, prakteknya meliputi Plate 3G, SMAW

Untuk keterangan selanjutnya bisa dilihat pada brosur di bawah ini.



Buruan daftaarr....Tunjukkan bahwa sobat adalah toekang las yang handal...



http://toekanglas.blogspot.com

Pengelasan Baja Tahan Karat dengan Baja Karbon

$
0
0

Kawan toekanglas, berikut ini artikel penelitian tentang penggunaan material transisi pada pengelasan baja tahan karat dengan baja karbon

KARAKTERISASI FISIK, MEKANIK DAN KOROSI PENGGUNAAN MATERIAL TRANSISI PADA PENGELASAN LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA TAHAN KARAT DAN BAJAKARBON

Kata kunci: material transisi, sambungan las logam tak sejenis
Triyono, M. Noer ilman, Jamasri, Wai Wahdan
LPPM UNS, Penelitian, KRT, Program Insentif Riset Dasar, 2009
Kereta api adalah angkutan massal yang saat ini sedang mendapat perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Untuk memenuhi anggaran pengadaan armada kereta api, dilakukan beberapa penghematan antara lain adalah dengan substitusi material yang lebih murah, sebagai contoh frame gerbong kereta api yang biasanya terbuat dari baja tahan karat, diganti dengan baja karbon sedangkan sheeting tetap menggunakan baja tahan karat
sehingga terjadi kasus sambungan logam tak sejenis. Sambungan ini perlu diteliti karakterisasinya dan juga perlu mencari solusi dengan menggunakan material transisi. Sampai saat ini telah dilakukan evaluasi proses pengelasan spot weld, kekuatan tarik/geser, tegangan sisa dan struktur makro/mikro dan optimasi penggunaan material transisi. Hasil evaluasi antara lain adalah: (a), tidak terjadi perbedaan distribusi temperatur pada proses pengelasan sambungan las logam tak sejenis (SS400-SUS304) dan sambungan las logam sejenis (SUS304-SUS304), (b). permasalahan yang timbul pada sambungan las logam tak sejenis adalah antara lain timbulnya retak, karbida dan oksida pada daerah interface, (c). beban geser maksimum sambungan logam tak sejenis hanya 60% jika dibandingkan dengan beban geser maksimum sambungan logam sejenis, sedangkan beban tarik maksimum sambungan logam tak sejenis hanya 40% jika dibandingkan dengan beban tarik maksimum sambungan logam sejenis, (d). laju korosi sambungan las logam tak sejenis semakin ke dalam semakin tinggi, sedangkan laju korosi sambungan las logam sejenis semakin ke dalam semakin rendah (e). tegangan sisa pada daerah interface adalah resultan dari tegangan tarik akibat beban bending plat yang atas dan tegangan tekan plat yang bawah akibat tekanan elektroda. Pada sambungan las logam tak sejenis tegangan tarik akibat bending lebih besar sehingga tegangan sisa yang terjadi adalah tekan, sedangkan pada sambungan las logam sejenis tegangan tarik akibat bending relatif sama dengan tegangan tekan elektroda sehingga tegangan sisa tekan yang terjadi lebih kecil bahkan cenderung terjadi tegangan sisa tarik, (f) pada tahap optimasi sambungan spot weld logam tak sejenis dengan material transisi , parameter yang paling berpengaruh adalah arus listrik, (g) penggunaan material transisi dapat meningkatkan kekuatan geser sekitar 75% dan kekuatan tarik 100% dibandingkan dengan sambungan tanpa material transisi. Kekuatan geser dan tarik sambungan dengan material transisi hampir sama dengan kekuatan sambungan logam sejenis (SUS304-SUS304), (h) berdasarkan hasil uji geser dan uji tarik, material transisi terbaik adalah J4, dan arus terbaik adalah 4600 A

dikutip dari : http://lppm.uns.ac.id/2010/05/24/karakterisasi-fisik-mekanik-dan-korosi-penggunaan-material-transisi-pada-pengelasan-logam-tak-sejenis-antara-baja-tahan-karat-dan-bajakarbon/



12 Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengelasan

$
0
0
 
Ada beberapa teman baik secara offline maupun online yang bertanya ke saya, bagaimana cara mengelas yang baik, terutama bila untuk pemula. Berikut ini ada 12 hal yang harus kita perhatikan dalam melakukan pengelasan :

  1. Kawat las harus sesuai peruntukkannya dengan logam yang akan di las. Untuk pemula sebaiknya belajar mengelas bahan dari besi biasa (misalnya besi beton, besi siku, besi plat dlsb).
  2. Bahan yang akan di las sebaiknya diletakkan mendatar karena akan lebih mudah dari pada tegak atau lebih2 diatas (overhead)
  3. Lebih mudah menggunakan mesin las berarus DC dari pada AC. Karena api yang timbul pada arus DC kecil dan tidak memercik secara berlebihan. Juga kebanyakan kawat las membutuhkan arus DC dari pada AC.
  4. Untuk belajar gunakan kawat yang berpenampang kecil misalnya 2,6 mm atau kalau dapat dipasaran gunakan kawat 1,5 mm (tapi biasanya mahal)
  5. Sebagai pemula belajarlah dengan bahan yang ketebalannya sedang saja ( 2 ~ 6 mm), mengelas bahan yang tipis (<1 mm) sangat memerlukan keahlian dan trik khusus.
  6. Bahan yang akan di las, harus dirapatkan kalau memungkinkan harus di pres/ ditekan, sehingga pengelasan hanya tipis saja sudah cukup dan tidak menambal. Kalau bahan cukup tebal, untuk pengelasan yang rapi perlu dibuat potongan/ cowakan sepanjang yang akan dilas dengan digerinda.
  7. Pengaturan besarnya arus sangat diperlukan. Arus yang kecil mengakibatkan kawat las tidak menyala, hasil las tidak matang/ kuat dan tidak rata. Arus yang kelewat besar mengakibatkan jebolnya bahan yang dilas, hasil las menjadi kasar dan bila sudah dingin mletek2 akibat suhu terlalu tinggi. Sebagai ancar2 untuk 1 mm kawat las dibutuhkan arus 30 ~ 40 Ampere.
  8. Arah dari pengelasan : Setelah kawat las menyala, kawat las harus ditarik menjauhi bahan sekitar 2 ~ 3 mm. Terlalu dekat akan mengakibatkan hasil las kurang matang dan kawat mudah menempel pada bahan sehingga apinya mati. Terlalu jauh mengakibatkan hasil las kasar dan tidak rata. Kawat las membentuk sudut 45 ~ 60 derajat tehadap bahan. Api las harus menyembur/ disemprotkan pada hasil las yang baru terjadi (seperti kita menulis, awalnya dari kiri lalu bergerak kekanan atau kalau anda kidal bisa arah yang sebaliknya). Kecepatan kawat, tergantung dari hasil las. Kalau bahan sudah menyatu, harus segera pindah titik pengelasannya. Terlalu cepat akan mengakibatkan pengelasan tidak rata, terlalu lambat mengakibatkan bahan jebol/ bolong.
  9. Kalau anda perlu berhenti saat mengelas, sebelum start lagi anda harus membersihkan kerak pada hasil las dengan mengetok2 pakai palu. Bila hal ini tidak dilakukan maka pengelasan berikutnya akan menempel pada kerak sehingga kekuatannya berkurang. 
  10. Sebaiknya dihindari pendinginan yang tiba2 setelah selesai pengelasan (disiram air) karena beberapa bahan akan retak.
  11. Bila anda mempunyai sedikit anggaran, saya sarankan untuk membeli kedok/ topeng las automatis, kedok las ini akan automatis menjadi gelap seketika saat api las mulai menyala dan menjadi terang kembali saat api las padam. Harganya sekitar 525.000.
  12. Peralatan pembantu juga diperlukan dalam pengelasan misalnya C clam, gerinda, mesin bor, tang buaya/ monyet dlsb.
Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang harus diperhatikan, tapi lain kali aja ya...Semoga yang sedikit ini dapat membantu Anda.
Salam sukses...!!!








http://toekanglas.blogspot.com

Toekanglas bersajak...???

$
0
0
Hehehe...

Mungkin itu yang akan ada di benak Anda. Seperti juga pertanyaan serupa pernah ditanyakan oleh teman-teman saya, seolah-olah tidak percaya.

Ya...rasanya aneh saja, orang yang selama ini bergelut dengan barang yang keras, kaku, panas, bergelimang dengan peluh, menyimbulkan kekuatan, kerja keras, tak kenal lelah, tapi...bisa bersajak...? Gak percaya, kan...?
Yach silakan Anda cek sendiri saja...seperti apa sajak-sajaknya di link berikut ini :









Cacat Las, Bagaimana Menghindarinya!

$
0
0
Artikel ini membahas beberapa cacat pengelasan yang terkadang diabaikan. Setiap proyek pengelasan membutuhkan pertimbangan matang, di antaranya adalah:- Prosesnya, jenis pengelasan seperti stick, MIG, TIG.- Komposisi logam dasar dan ketebalan material.- Posisi pengelasan, i. e. datar, vertikal, horizontal, overhead.- Sambungan las dan tipe.- Pasokan dan peralatan listrik.- Dan akhirnya, teknik pengelasan yang akan digunakan. 
Untuk meminimalkan kemungkinan cacat pengelasan pastikan untuk mempertimbangkan 
1) kecepatan pengelasan; 
2) ukuran dan jenis elektroda las; 
3) pengaturan mesin; 
4) Pastikan pengelasan dilakukan sesuai dengan rencana dan ampere. 
     Sebagian besar cacat pengelasan dapat diidentifikasi dengan "mata telanjang."Dengan mengetahui apa yang mungkin menghasilkan cacat pengelasan Anda akan belajar bagaimana menghindarinya. Produksi tanpa cacat menghemat waktu, bahan, biaya perbaikan, dan penurunan produktivitas.Dua alasan berikut untuk reject hasil pengelasan seharusnya tidak diabaikan 
1) apakah tukang las mahir dengan proses yang sedang digunakan?  
2) apakah pasokan elektroda las sesuai standar? Gunakan hanya elektroda las yang tersimpan, dikeringkan, dan dipelihara dengan benar. 
     Cacat pengelasan di antaranya adalah "poor penetration" atau penetrasi yang buruk (tidak tembus). Ini adalah kegagalan karena kawat las dan logam dasar tidak menyatu bersama. Ini disebabkan oleh "face root" yang terlalu besar; gap yang terlalu kecil; ukuran elektroda yang terlalu besar; kecepatan pengelasan yang terlalu lambat atau pengaturan mesin yang terlalu rendah. 
     Fusi yang buruk adalah kegagalan untuk memadukan lapisan logam las dengan logam dasar. Kurangnya fusi disebabkan oleh "... kegagalan untuk menaikkan ke titik leleh logam dasar atau logam las yang diendapkan," (Miller Electric Mfg Co.) Hal ini disebabkan oleh fluks yang tidak tepat; permukaan pelat kotor; ukuran atau jenis elektroda yang tidak tepat; salah pengaturan arus listrik/ampere. Elektroda yang tidak memenuhi spesifikasi penyimpanan, pengeringan dan perawatan juga dapat menjadi penyebabnya.     Undercutting adalah masalah lain yang menyebabkan cacat pengelasan.Undercut ini membakar logam dasar di ujung lasan. Hal ini disebabkan oleh penyesuaian arus/ampere yang terlalu tinggi; celah busur yang terlalu panjang atau gagal mengisi kawah sepenuhnya dengan logam las. 
     Porositas/keropos terlihat "seperti spons", atau seperti "gelembung" kecil di las. Ini disebabkan oleh gas yang dilepaskan oleh lasan yang mendingin karena pengaturan arus terlalu tinggi atau busur terlalu panjang. 
     Inklusi terak terjadi bila terak tidak terkelupas dan dibersihkan dengan baik lalu pengelasan selanjutnya dilakukan di atasnya. Untuk menghindari, 
1) siapkan alur dan luruskan dengan benar sebelum dilakukan pengelasan masing-masing pass;  
2) lakukan cleaning antar pass; periksa pengaturan mesin terhadap yang disarankan oleh produsen; 
3) pertahankan puddle/genangan las yang kecil.

Berikut ini video mengenai Cacat Las:


Viewing all 21 articles
Browse latest View live